TEORI PERILAKU KONSUMEN
A. Pengertian
Konsumen
Konsumen adalah mereka yang
memiliki pendapatan (uang) dan menjadi pembeli barang dan jasa di pasar. Kita
semua adalah seorang konsumen pada pasar barang dan jasa, terutama pasar barang
atau jasa kebutuhan pokok baik kita sadari atau tidak.
Seorang
konsumen yang rasional pada waktu akan memutuskan pembelian suatu barang tidak
didasari oleh emosi belaka, namun terutama didasari pada suatu pertimbangan
bahwa apa yang akan dibelinya memang memberikan tingkat kepuasan terbesar jika
dibandingkan dengan barang atau jasa lainnya.
Teori
perilaku konsumen berkaitan dengan proses pengambilan keputusan, bagaimana
seorang konsumen memilih di antara berbagai macam alternative, teori ini akan
digunakan untuk menerangkan dan memperkirakan permintaan barang dan jasa oleh
konsumen. Masalah utama yang dihadapi konsumen adalah bagaimana mengalokasikan
pendapatannya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa secara
tepat, supaya tingkat kepuasan yang diperolehnya maksimum.
B. Kendala Anggaran
Seperti telah kita ketahui bahwa
seorang konsumen akan memilih kombinasi barang dan jasa yang memberikan
kepuasan yang maksimum dengan pendapatannya yang terbatas. Dari pernyataan
tersebut ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai kombinasi yang
memberikan kepuasan maksimum (kombinasi terbaik) dan pendapatan yang terbatas.
Untuk memahami pengertian ini ada baiknya jika kita membatasi model kita agar
pengamatannya mudah dipahami. Misalkan barang dan jasa yang dikonsumsi hanya
ada dua, yaitu X dan Y di mana harga masing-masing barang adalah Px dan Py.
Maka kombinasi/untai barang yang dipilih dapat dituliskan sebagai (X,Y) dimana
banyaknya konsumsi barang pertama sebesar X dan banyaknya konsumsi barang kedua
adalah Y. dari keterangan yang ada
tersebut dapat kita mencari berapa anggaran atau uang yang diperlukan untuk
membiayai pembelian kedua barang tersebut. Misalkan jumlah uang yang dibutuhkan
adalah M, dengan demikian kita dapat menentukan kendala anggaran sebagai
berikut :
A
Slope : - Px
PY
Budget Set : Px.X+Py.Y< M
B X
Gambar 3.1
Kendala Anggaran
Di mana Px.X adalah jumlah dana yang
dibutuhkan untuk pembelian barang pertama dan Py.Y adalah jumlah pengeluaran
untuk membeli barang kedua. Kendala anggaran adalah batasan jumlah barang dan
jasa yang dapat dibeli oleh konsumen karena dana yang dimiliki terbatas. Ini
berarti konsumen dapat membeli kombinasi barang yang memerlukan uang lebih
kecil atau sama dengan jumlah dana yang tersedia.
Jadi kemampuan konsumen ditunjukkan
oleh kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli yang memerlukan dana lebih
kecil atau sama dengan M. kumpulan yang menunjukkan kombinasi barang dan jasa
yang dapat dibeli oleh konsumen pada Px dan Py disebut kendala anggaran.
Garis anggaran adalah kombinasi barang
dan jasa yang memerlukan dana sebesar uang yang dimiliki oleh konsumen (M). dengan
demikian garis anggaran dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut
:
Px.X+Py.Y =
M
Garis Anggaran adalah tempat kedudukan titik – titik yang menunjukkan
kombinasi dua barang X dan Y yang dapat dibeli oleh konsumen dengan seluruh
dana yang dimilikinya. Sedangkan batasan anggaran adalah suatu kumpulan yang
menunjukkan kombinasi dua barang dan jasa yang dapat dibeli oleh konsumen
dengan dana lebih kecil atau sama dengan M (< M).
Sebagai contoh seorang koknsumen memiliki pendapatan sebesar Rp
100.000,00,- yang dapat dibelikan buah apel atau jeruk. Harga apel per buah Rp
1.000,00,- sedangkan harga jeruk Rp 500,00,- per buah. Maka berbagai alternatif
kombinasi buah apel dan jeruk yang dapat dibeli konsumen terlihat pada
Tabel 3.1
Kombinasi Buah Apel dan Jeruk yang
Dapat Dibeli Konsumen
Titik
|
Apel
|
Jeruk
|
A
B
C
D
E
|
100
75
50
25
0
|
0
50
100
150
200
|
Kombinasi apel dan jeruk yang dapat
dibeli konsumen tersebut sebenarnya tidak terhingga jika angka pecahan
dimungkinkan, namun untuk memudahkan analisis, kita hanya akan melihat 5 titik
kokmbinasi saja sebagai gambaran. Titik A menunjukkan kalau seluruh uang
digunakan untuk membeli buah apel saja, sedangkn titik E sebaliknya menunjukkan
situasi di mana konsumen hanya membeli buah jeruk saja. Untuk titik – titik
selain A dan E, konsumen membeli kedua macam buah, seperti titik C konsumen
membeli apel sebanyak 50 buah dan jeruk sebanyak 100 buah.
Slope dari garis anggaran memiliki
arti ekonomi yang penting, karena mengukur seberapa besar pasar ingin
menukarkan buah apel dengan jeruk. Jika menambah konsumsi barang pertama
berarti kita harus mengurangi koknsumsi barang kedua.
C. Perubahan Garis Anggaran
Kita masih ingat bahwa kendala
anggaran dan garis anggaran tidak sama, karena garis anggaran merupakan bagian
dari kendala anggaran. Kendala anggaran menunjukkan semua alternative
(kemungkinan) kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli oleh konsumen dengan
dana yang dimilinya, sedangkan garis anggaran menunjukkan kombinasi barang dan
jasa yang dapat dibeli konsumen dengan seluruh dana yang dimilikinya. Apabila
harga barang dan jasa tetap, maka adanya kenaikkan pendapatan akan menggeser
garis anggara ke atas, sebaliknya jika pendapatan menurun akan menggeser garis
anggaran ke bawah. Jika pendapatan konsumen tetap (M), harga barang kedua tetap
(Py) namun harga barang pertama turun (Px), maka garis anggaran akan berputar
ke luar.
D. Keseimbangan
Konsumen
Seorang
konsumen dikatakan berada pada kondisi keseimbangan apabila telah
mengalokasikan dananya yang terbatas di antara berbagai macam barang dan jasa
sedemikian rupa sehingga realokasi dan tidak akan menaikkan utilitas total yang
diperolehnya dari mengkonsumsi barang atau jasa terebut. Ini berarti pada
kondisi keseimbangan konsumen telah membelanjakan semua dananya dan utilitas
yang diperoleh adalah maksimum. Misalkan konsumen hanya mengkonsumsi dua macam
barang yaitu X dan Y, maka kondisi keseimbangan dapat dituliskan sebagai
berikut :
M = Qx.Px + QY.PY
U = f (QX.QY) adalah maksimum
Di mana :
Qx adalah jumlah barang X yang dikonsumsi
Qy adalah jumlah barang Y yang dikonsumsi
Px adalah harga barang X
Py adalah harga barang Y
U adalah utilitas total
Jadi dapat
dikatakan bahwa pada saat konsumen mencapai keseimbangan, semua pendapatan/dana
sudah dibelanjakan dan memberikan tingkat utilitas maksimum sehingga utilitas
yang didapat dari setiap rupiah terakhir yang dibelanjakan pada berbagai barang
dan jasa adalah saa karena berlakunya Law of diminishing marginal utility.
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih baik, misalkan seorang konsumen yangm memiliki
uang Rp 12.000,00 mengkonsumsi buah apel dan jeruk dan memiliki tabel utilitas
marginal seperti Tabel 3.3
Tabel 3.3
Utilitas Marginal Konsumsi Buah Apel dan Jeruk
Q
(apel, Jeruk)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
MU apel
MU jeruk
|
16
11
|
14
10
|
12
9
|
10
8
|
8
7
|
6
6
|
4
5
|
2
4
|
Dimana :
Papel adalah Rp 2.000,00 per buah
P jeruk adalah Rp 1.000,00 per buah
M adalah Rp 12.000,00
Dari data
tabel diatas, kita dapat mencari keseimbangan konsumen dengan dua cara, dengan
coba-coa (trial and error) dan cara matematis.
1. Pendekatan Trial and Error
Misalkan dari
pendapatan sebesar Rp 12.000.000,00 tadi, sebesar Rp 4.000,00 kita gunakan
untuk membeli dua buah jeruk dan satu buah apel, maka berdasarkan tabel 3.3
kita peroleh utilitas yang sebesar :
- Dari
dua buah jeruk pertama diperoleh 21 utils
- Dari
satu buah apel pertama diperoleh 16 utils
Besarnya
utilitas total yang diperoleh konsumen adalah 37 utils. Pada
kondisi ini konsumen belum mencapai keseimbangan karena dana
yang dimiliki masih tersisa dan tingkat kepuasan belum maksimum. Oleh karena
itu maka sebesar Rp 4.000,00 berikutnya dibelikan dengan pola yang sama, yaitu
dua jeruk dan satu apel.
Dari Rp
4.000,00 kedua ini diperoleh tambahan utilitas sebesar 31 utils. Pada kondisi
inipun konsumen belum berada pada kondisi keseimbangan karena dengan
membelanjakan sisa dananya, konsumen masih dapat meningkatkan kepuasannya. oleh
karena itu Rp 4.000 terakhir kembali dibelikan dua buah jeruk dan satu buah
apel. Konsumen mendapat tambahan utilitas sebesar 25 utils.
Pada konsisi
ini konsumen sudah berada pada keseimbangannya, karena utilitas total yang
diperoleh sudah maksimum sebesar 93 utils. Semua dana sudah dibelanjakan dan
dari setiap rupiah terakhir yang dikeluarkan, konsumen mendapatkan tingkat
kepuasan yang sama. Keseimbangan konsumen tercapai saat jumlah apel yang dibeli
sebanyak 3 buah dan jumlah jeruk sebanyak 6 buah.
2. Pendekatan Matematis
Dengan pendekatan kedua ini kita
akan menggunakan rumus 3.14 yang sudah dijelaskan di depan. Keseimbangan
konsumen tercapai pada saat :
Px Py 2.000
1.000
Dengan menggunakan rumus, kita dapat
mencari keseimbangan konsumen, yaitu pada saat jumlah apel yang dibeli sebanyak
3 buah dan jeruk sebanyak 6 buah.
Dari penjelasan diatas hasil yang diperoleh
baik dengan menggunakan cara coba-coba dan matematis memberikan jawaban yang
sama. Oleh karena itu, cara mana yang akan digunakan untuk menentkan
keseimbangan konsumen tergantung pada pilihan para pembaca.
E. Pemaksimuman Nilai
Guna
Salah satu pemisalan
penting dalam teori ekonomi adalah setiap orang akan berusaha untuk
memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Dengan perkataan lain, setiap
orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikonsumsikannya. Apabila yang dikonsumsikannya hanya satu barang saja, tidak
sukar untuk menentukan pada tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan
menikmati barang itu akan mencapati tingkat yang maksimum, tingkat itu dicapai
pada waktu nilai guna total mencapai tingkat maksimum. Tetapi kalau barang yang
digunakan adalah berbagai jenisnya, cara untuk menentukan corak konsumsi
barang-barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum menjadi lebih
rumit.
F. Cara Memaksimumkan
Nilai Guna
Kerumitan
yang timbul untuk menentukan susunan/komposisi dan jumlah barang yang akan
mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga
berbagai barang. Kalau harga setiap barang adalah bersamaan, nilai guna akan
mencapai tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang
adalah sama besarnya. Misalnya seseorang mengkonsumsikan tiga macam barang,
yaitu sejenis pakaian, sejenis makanan dan sejenis hiburan. Didapatinya bahwa
unit pakaian yang ketiga, unit makanan yang kelima, dan menonton film yang
kedua memberikan nilai guna marjinal yang sama esarnya. Kalau harga ketiga
barang tersebut adalah bersamaa, kepuasan yang maksimum akan dperoleh orang
tersebut apabila mengkonsumsikan tiga unit pakaian, lima unit makanan, dan dua
kali menonoton film.
G. Syarat Pemaksimuman
Nilai Guna
Dalam keadaan dimana harga-harga berbagai macam barang
adalah berbeda, apakah syarat yang harus dipenuhi agar barang-barang yang
dikonsumsikan akan memberikan nilai guna maksimum: syarat yang harus dipenuhi
adalah setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan berbagai
jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya. Untuk
membuktikannya perhatikan contoh berikut. Misalkan seorang melakukan pembelian
dan konsumsi ke atas dua macam barang : makanan dan pakaian, dan berturut-turut harganya adalah 5000 rupiah
dan 50.000 rupiah, misalkan tambahan satu unit makanan akan memberikan nilai
guna marjinal sebanyak 5, tambahan satu unit pakaian mempunyai nilai guna
marjinal sebanyak 50. Andaikata orang itu mempunyai uang sebanyak 5000 rupiah,
kepada barang apakah uang itu akan dibelanjakannya? Dengan uang itu orang
tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka jumlah nilai guna
marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 15 = 50, kalau uang itu digunakan untuk membeli
pakaian, yang diperolehnya hanyalah satu unit dan nilai guna marjinal dari satu
unit tambahan pakaian ini adalah 50. Dengan mudah dapat dilihat bahwa orang
tersebut tidak perlu bersusah payah untuk menentukan barang mana yang harus
ditambah konsumsinya. Apa pun yang dipilih akan memberikan nilai guna marjinal
yang sama besarnya.
Seperti telah dibahas di depan
bahwa masalah utama yang dihadapi oleh seorang konsumen adalah bagaimana dengan
uang yang terbatas konsumen mendapakan tingkat yang sebesar-besarnya. Untuk
dapat menjawab maulah yang dihadapi oleh konsumen tersebut, kita dapat
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan cardinal dan ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna
cardinal dianggap manfaat dan kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitatif.
Berdasarkan kepada pemisalan ini,
dan dengan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yang dapat
dicapainya, diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan konsumsinya ke atas
berbagai jenis barang yang terdapat di pasar. Dalam pendekatan nilai guna
ordinal, manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak
kuantifikasi. Tingkah laku seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang
akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang
yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.
1. Pendekatan
Kardinal
Pendekatan cardinal menganggap
bahwa besarnya kepuasan dapat diukur seperti hanlnya harga dan kuantitas, dan
dinyakan dalam satuan unit. Sebagai contoh, sebuah jeruk sebanding dengan 4
unit, sementara sebuah apel setara dengan 5 unit, oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapa dicari dengan pendekatan kuantitaif.
Pada masa
Victorian, ahli-ahli filsafat dan ekonomi mempercayai bahwa utilitas merupakan
ukuran kepuasan dan kebahagiaan. Utilitas dianggap sebagai ukuran kemampuan
sebuah barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan konsumen akan berusaha
mendapatkan kepuasan yang sebesar-besarnya dengan dana terbatas. Besar kecilnya
utilitas yang dapat dicapai oleh seorang konsumen tergantung dari jenis barang
atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi sehingga besar kecilnya
utilitas dapat ditunjukkan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f(X1, X2, X3,…..,Xn)
Dimana :
U adalah besar-kecilnya tingkat utilitas
Xn adalah jenis dan jumlah barang atau jasa yang
dikonsumsi.
Dari fungsi
utilitas tersebut kita dapat melihat bahwa besar-kecilnya tingkat kepuasan yang
dapat diperoleh seorang konsumen tergantung pada jenis dan jumla barang atau
jasa yang dikonsumsi.
Hipotesis
utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal
menunjukkan kenaikkan utilitas yang didapatkan konsumen dari mengkonsumsi satu
unit tambahan barang atau jasa. Dalam pembahasan utilitas marginal, kita
mengenal adanya Hukum Utilitas marginal yang semakin menurun, hukum ini
memainkan peranan penting dalam teori keputusan konsumen. Hukum tersebt
menyatakan bahwa apabila seorang konsumen menambah konsumsi suatu barang atau
jasa, maka utilitas marginal yang diperoleh konsumen karena mengkonsumsi barang
atau jasa tersebut mula-mula meningkat, namun lambat laun akan menurun setelah
mencapai titik tertentu. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif
yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka
nilai guna total akan menjadi semakin sedikit. Apakah makna dari hipotesis
tersebut? Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwam pertambahan
yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus
menambah kepuasan yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada
permulaannya setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang
tersebut, misalnya, apabila seorang yang berbuka puasa atau baru selesai
berolahraga memperoleh segelas air, maka ia memperoleh sejumlah kepuasan dari
padanya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi bertambah tinggi apabila ia dapat
meminum segelas air lagi.
Kepuasan yang
lebih tinggi akan diperolehnya apabila dia diberi kesematan untuk memperoleh gelas
yang ketiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus berlangsung. Katakanlah pada
gelas yang kelima orang yang berpuasa atau olahragawan itu merasa bahwa yang
diminumnya sudah cukup banyak dan sudah memuaskan dahaganya. Kalau ditawarkan
gelas keenam dia akan menolak, karena dia merasa lebih puas meminum lima gelas
air dari pada enam gelas. Dengan demikian pada gelas yang keenam tambahan nilai
guna adalah negatif. Dan nilai guna total daripada meminum enam gelas adalah
lebih rendah dari nilai guna yang diperoleh dari meminum lima gelas.
2. Pendekatan Ordinal
Kebalikan
dengan pendekatan cardinal, pada pendekatan ordinal menyatakan bahwa utilitas
tidak dapat diukur, tetapi utilitas dari berbagai macam barang dan jasa dapat
diurutkan/diranking. Jadi kita hanya dapat menyatakan bahwa utilitas sebuah
jeruk itu lebih kecil, lebih besar atau sama dengan utilitas sebuah apel. Dalam
pendekatan ini, konsumen memiliki preferensi terhadap kombinasi untai barang
dan jasa. Pendekatan ini menggarisbawahi pada substitusi antar barang dan jasa
yang sesuai dengan preferensi konsumen, sehingga lebih menekankan pada untaian
barang dan jasa dari pada hanya sebuah barang atau jasa.
Preferensi Konsumen
Misalnya ada dua untai konsumen barang dan jasa tertentu (X1,Y1)
dan X2,Y2), konsumen dapat membuat ranking sesuai dengan
preferensinya. Konsumen dapat menentukan apakah salah satu dari untai konsumsi
tersebut benar-benar lebih baik atau lebih disukai daripada yang lainnya, atau
memutuskan bahwa konsumen sama saja diantara barang dan jasa tersebut.
Kita
menggunakan tanda ‘>’ jika untai pertama daripada untai yang lain. Sehingga
(X1,Y1) > (X2,Y2) dapat
diterjemahkan bahwa konsumen benar-benar lebih menyukai untai (X1,Y1) daripada
untai (X2,Y2), dengan kata lain konsumen pasti lebih menginginkan untai (X1,Y1)
daripada untai (X2,Y2). Secara umum hubungan preferensi tersebut menyatakan
bahwa jika konsumen lebih menyukai untai pertama daripada yang lain, berarti
bahwa konsumen akan memilih satu di atas yang lain, pada kesempatan tertentu.
Jika konsumen
menganggap indifferent di antara dua untai barang dan jasa, digunakan tanda’ =
‘ dan dinyatakan sebagai (X1,Y1) = (X2,Y2).
Kondisi indiferen terjadi saat konsumen mendapatkan utilitas yang sama baik
dari konsumsi untai pertama (X1, Y1), maupun untai lainnya (X2,Y2).
Jika konsumen
lebih menyukai atau sama saja diantara dua untai barang dan jasa, dikatakan
sebagai weakly preferred. Kondisi tersebut dapat dituliskan sebagai (X1,Y1)
> (X2,Y2). tanda persamaan dan pertidaksamaan
yang digunakan disini jangan dibaca/diartikan seperti dalam matematika tetapi
hanya untuk menandakan pernyataan preferensi yang dimiliki konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar